Friday 1 February 2013

[Intip Me] Inilah Perkumpulan Kipas Hitam di Indonesia Buatan Jepang

Intip Me has posted a new item, 'Inilah Perkumpulan Kipas Hitam di Indonesia
Buatan Jepang'


Meski kalah perang, Jepang tak mau menyerah begitu saja. Untuk menghadapi
Sekutu, dibentuklah sejumlah perkumpulan rahasia. Anggota Kipas Hitam membantu
gerakan Dood alle Inlanders (bunuh semua bangsa Indonesia).




Setelah Jepang menyerah terhadap Sekutu pada 14 Agustus 1945, Departemen
Propaganda (Sendenbu) di bawah pimpinan Hitoshi Shimizu berusaha melakukan
perlawanan. Dia mendirikan perkumpulan rahasia Ular Hitam, berisi orang-orang
Indo-Belanda bermarkas di Bogor; Chin Pan, menampung orang-orang Tionghoa; dan
yang terpenting adalah Kipas Hitam.
Kipas Hitam dibentuk untuk mempersiapkan orang-orang Indonesia melakukan perang
kemerdekaan di bawah bimbingan Jepang, tulis Joyce C. Lebra dalam Tentara
Gemblengan Jepang.

Menurut Aiko Kurasawa dalam Mobilisasi dan Kontrol, Shimizu adalah seorang
propagandis profesional yang memulai kariernya di China pada 1930-an. Dia
kembali ke Jepang pada 1940 dan bergabung dengan Persatuan Pembantu Pemerintahan
Kekaisaran (Taisei Yokusankai), organisasi massa bentukan pemerintah Jepang,
yang kemudian menjadi model bagi Jawa Hokokai. Dia juga bergabung dengan Toa
Remmei (Federasi Asia Timur).

Shimizu, sebagai dikutip Lebra, ingat, Saya berafiliasi dengan Toa Remmei di
masa lalu, dan saya punya gagasan untuk mengembangkannya di Indonesia sebuah
gerakan spiritual populer yang mencerahkan, yang bisa disebut sebagai gerakan
Asia.

Shimizu sempat berhenti dan bekerja di Biro Penerangan Kabinet (Naikaku
Johokyoku), hingga ditarik oleh Angkatan Darat ke-16 sebagai atase sipil yang
bertugas militer dan bertanggungjawab atas propaganda di Indonesia. Di sinilah
ide-idenya direalisasikan, dengan membentuk organisasi-organisasi massa yang
akan dimobilisasi untuk memberi dukungan politik bagi kepentingan perang Jepang.

Shimizu dekat dengan orang-orang Indonesia, dari kalangan pemuda maupun tokoh
nasional seperti Sukarno-Hatta. Dia memberikan rumah di Pegangsaan Timur 56 dan
mobil limusin Buick kelak menjadi mobil kepresidenan untuk Sukarno. Menjelang
proklamasi, dia membantu mencarikan kain merah putih untuk bahan Fatmawati
membuat bendera.

Dia berperan dalam pembentukan organisasi massa yang menggerakkan dukungan
politik bagi Jepang: Gerakan Tiga-A (Jepang Cahaya Asia, Jepang Pelindung Asia,
Jepang Pemimpin Asia), Pusat Tenaga Rakyat, Jawa Hokokai (Himpunan Kebaktian
Rakyat), dan Shuisintai (Barisan Pelopor).

Dia juga mendirikan Asrama Angkatan Muda di Menteng 31, yang menyediakan tempat
bagi para pemuda untuk mendapatkan pendidikan politik. Pembentukan sejumlah
perkumpulan rahasia menjadi salah satu upaya terakhirnya di tengah kekalahan
perang Jepang.

Kipas Hitam bukanlah khas Indonesia. Menurut R-H. Barnes dalam Fransiskus/Usman
Buang Duran: Catholic, Muslim, Comunist, Kipas Hitam bersama Banteng Hitam dan
Naga Hitam merupakan bagian dari Perkumpulan Naga Hitam (Kokuryukai).

Perkumpulan Naga Hitam merupakan kelompok ultranasionalis paramiliter Jepang
yang dibentuk pada 1901 oleh Ryohei Uchida. Perkumpulan ini menerbitkan jurnal
dan menggelar sekolah pelatihan spionase, yang dikirim untuk mengumpulkan
informasi dari Rusia, Manchuria, Korea, dan China. Selain itu, organisasi ini
menekan para politisi Jepang agar mengadopsi kebijakan luar negeri yang kuat.
Kokuryukai mendukung Pan-Asianisme.

Para anggota Perkumpulan Naga Hitam melakukan aksi bersenjata, provokasi dan
pembunuhan guna kepentingan rezim kekaisaran. Terutama saat penaklukan Manchuria
(China), mereka melakukan pembunuhan dan propaganda yang aktif dan efektif,
tulis Peter Schumacher dalam Een Bende op Java.

Di Indonesia, suratkabar Persatoean mengindikasikan bahwa dana pembentukan Kipas
Hitam berasal dari fonds kemerdekaan yang dikumpulkan Jepang selama pendudukan.
Fonds ini dimaksudkan untuk kegiatan pemuda, pendidikan, dan bantuan bagi rakyat
miskin. Yang harus bertanggung jawab atas sebagian besar propaganda ini ialah
Hitoshi Shimizu, tulis Persatoean, 9 Mei 1946.

Tapi Shimizu tak bisa mengawal perkumpulan rahasianya. Dia keburu ditangkap
Sekutu pada akhir 1945. Dia diinterogasi di Jakarta dan mengaku bertanggung
jawab atas propaganda supaya penduduk membeci segala bangsa berkulit putih,
terutama Belanda, dan menyusun gerakan rahasia yang akan mampu bekerja atas
kemauan sendiri, bila Jepang terpaksa menyerah sendiri, dia mendirikan Kipas
Hitam, tulis Soeloeh Rajat, 23 Agustus 1946.

Tanpa Shimizu, Kipas Hitam terus berjalan. Keberadaannya bahkan menarik
perhatian banyak pemuda, dan juga Sutan Sjahrir. Dalam pamfletnya Perdjoengan
Kita, Sjahrir menulis betapa perkumpulan rahasia Jepang, termasuk Kipas Hitam,
mulai memberi pengaruh pada para pemuda. Meskipun secara lahir para pemuda
membenci Jepang, namun jiwa mereka telah terpengaruh oleh propaganda Jepang,
sehingga tingkah laku dan cara berpikir mereka mencontoh Jepang. Ini terlihat
dari kebencian mereka terhadap bangsa-bangsa asing, terutama Sekutu dan Belanda,
tulis Sjahrir.

Alih-alih melawan Sekutu, Kipas Hitam malah membuat kekacauan di sejumlah
tempat. Di Bondowoso, misalnya, ditemukan selebaran dan pamflet, mengatasnamakan
Kipas Hitam dan Pedang Samurai, yang berisi ancaman kepada polisi setempat.
Pedang Samurai yang selama perang hanya membuktikan kekejaman terhadap penduduk
dan Kipas Hitam yang hanya mengacau dan merusak harus lenyap dari Indonesia,
tulis Pelita Rakjat, 2 Juli 1948.

Anggota Kipas Hitam pun harus berhadapan dengan para pemuda republiken. Soeara
Rakjat, 1 Oktober 1945, memberitakan pemuda republiken menangkap 20 anggota
Kipas Hitam di stasiun kereta api dan menyita sejumlah senjata. Penangkapan
dilakukan oleh para pemuda kereta api, Barisan Pelopor, polisi, dan lain-lain.
Pemuda kereta api juga menangkap empat anggota lainnya di sebuah terowongan
kereta api dan menyita uang sebesar f.50.000.

Di Surabaya, dilakukan razia, terlebih tersiar kabar anggota Kipas Hitam
membantu gerakan Dood alle Inlanders (bunuh semua bangsa Indonesia). Menurut
Sutomo, para pemuda dan anak kampung sering memberhentikan mobil pembesar
Jepang. Setelah berhenti, mereka memaksa penumpang turun, dan menginterogasi
apakah kenal gerakan Kipas Hitam atau tidak. Jika tak kenal, mereka boleh
melanjutkan perjalanan tapi dengan berjalan kaki. Mobil disita. Alasan mencari
kaki tangan Kipas Hitam terus digunakan oleh rakyat dan pemuda dalam usaha
menambah jumlah kendaraan untuk Republik Indonesia, kata Sutomo dalam
Pertempuran 10 November 1945: Kesaksian dan Pengalaman Seorang Aktor Sejarah.

Gerakan Kipas Hitam perlahan memudar.

Di kemudian hari, Shimizu tetap menjalin kontak dengan Indonesia. Dia membentuk
Asosiasi Kebudayaan Jepang-Indonesia dan, setelah tahun 1964, berusaha
menghubungkan perkumpulan kebudayaannya dengan Lembaga Persahabatan
Indonesia-Jepang, yang diketuai Ratna Sari Dewi sejak Mei 1964. Dia kembali
mengadakan pertemuan dengan sejumlah tokoh yang pernah dia kenal di zaman Jepang
pada 1977, termasuk menemui Fatmawati.
sumberhttp://forum.viva.co.id/sejarah/714295-perkumpulan-kipas-hitam-di-indonesia.html


You may view the latest post at
http://intip.me/inilah-perkumpulan-kipas-hitam-di-indonesia-buatan-jepang/


Best regards,
Intip Me
http://intip.me

No comments:

Post a Comment